resensi novel Dia adalah Dilanku Tahun 1991
Nama : Dwi Ratih Puspitasari
Deskripsi diri : Manusia biasa yang punya banyak mimpi
Motto hidup : Man Jadda wajada
Perjalanan Cinta Bersama Dilan Sang Panglima Tempur
Jenis Buku :
Novel
Penulis :
Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books (Mizan)
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman :
344 halaman
“ Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena
berpisah. Bisa karena menikah.”
Pidi
Baiq
(1972-2098)
Kenangan manis bersama
sang kekasih hati memanglah tak mudah untuk dilupakan, terlebih saat kenangan
itu telah menempati ruang rindu yang terdalam. Ia akan terus tumbuh subur meski
telah bertahun-tahun berpisah.
Hal ini yang membuat
seorang penulis kelahiran Bandung, 8 Agustus 1972 yang bernama Pidi Baiq yang
sering menyebut dirinya sebagai imigran dari sorga yang diselundupkan ke bumi
oleh ayahnya dikamar pengantin dan tegang serta berhasil menjadi Imam Besar The
Panasdalam pada tahun 1995, meluncurkan sebuah novel yang berjudul Bagian Kedua Dilan : dia adalah Dilanku
tahun 1991 yang merupakan kelanjutan dari novel Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990 yang menjadi novel favorit kaum
remaja pada tahun 2017.
Cerita ini
digadang-gadang sebagai kisah nyata sepasang remaja yang tak biasa, Milea Adnan
Husein dan Dilan yang merupakan ketua salah satu geng motor di Bandung yang
sering dijuluki sebagai sang Panglima Tempur.
Bukan Dilan namanya jika tak membuat hal-hal yang dapat mengaduk-aduk
perasaan Milea dan para pembaca, obrolan-obrolan unik dan tak biasa seorang
Dilan kepada Milea yang dihadirkan Pidi Baiq menjadi magnet tersendiri bagi para pembaca. Kronologi kehidupan pasca
jadian hingga akhirnya putus dalam novel ini menjawab semua pertanyaan tentang
perjalanan
cinta Milea dan Dilan di novel sebelumnya.
Sinopsis
Setelah Dilan dan Milea
menandatangani surat pernyataan bermaterai di warung Bi Eem, mereka resmi
berpacaran. Dilan mengantar Milea pulang menyusuri Jalan Buah Batu menggunakan
motor CB-nya dibawah rintik hujan pada bulan Desember 1990. Milea memeluk erat Dilan bersama kenangan
manis mereka selama Dilan mendekatinya dengan cara yang tak biasa dan bisa
dikatakan konyol. Milea semakin akrab dengan
keluarga Dilan, terlebih sang Bunda ( ibunya Dilan ) telah menganggap Milea
sebagai calon menantunya.
Sempat pada suatu malam
minggu, Kang Adi teman ayah Milea dan merupakan guru lesnya yang ternyata
menyukainya datang untuk mengajak Milea keluar, kedatangan kang Adi membuat
Milea terganggu karena Milea masih sibuk bercanda dengan Dilan ditelephonenya,
mengetahui keadaan tersebut, disinilah Dilan beraksi. Dilan membawa teman-teman
Geng Motornya untuk main dan menjeput Milea sekaligus mengungkapkan kepada kang
Adi bahwa mereka telah resmi berpacaran. Kang Adi yang sedikit shock
mendengar pengakuan tersebut langsung bergegas untuk pergi dan meningglkan
mereka. Senyum kekaguman atas tingkah Dilan pun tergambar diwajah Milea. Itulah
dia, Dilan, pelindungnya.
Namun, belum lama jadian
hubungan mereka mendapat ujian. Pernah kejadian saat Milea sedang mencari Dilan
ke warung Bi Eem dan menanyakannya kepada Anhar, terjadilah cekcok antara
keduanya yang mebuat Anhar melayangkan tamparannya kepada Milea. Akhirnya
perkelahian antara Dilan dan Anhar tak dapat dibendung dan mengakibatkan mereka
berdua mendapat ancaman akan dipecat dari sekolah.
Saat guru-guru sedang
membahas persiapan pembagian rapor, Milea bertemu dengan Bunda yang datang
kesekolah untuk mengambil rapor Dilan, dari Bunda, Milea tahu kalau Dilan dan Anhar
benar-benar telah dikeluarkan dari sekolah. Namun, Bunda berkata Milea tak usah
khawatir karena Dilan telah menemukan sekolah baru yang letaknya tak jauh dari
sekolah Milea dan Rumah Dilan.
Suatu hari Yugo yang
merupakan sepupu Milea dan merupakan teman kecil Milea pulang dari luar negeri
untuk liburan semester kuliah. Kepulangan Yugo disambut hangat Milea, sang ibunda Yugo mulai
menjodoh-jodohkan mereka berdua. Walaupun Yugo tampan namun tetap hati Milea
memilih Dilan. Kecemasan Milea tentang geng motor kembali datang ketika Piyan
memberitahu Milea jika Dilan Berantem di Warung Bi Eem, Milea langsung datang
ke Warung dan menemui Dilan. Ketika Milea menanyakan dengan siapa Dilan
berantem? Dilan tetap saja bercanda dengan berkata bahwa itu adalah agen CIA.
Hingga suatu malam Milea mendapat telepon dari Piyan yang mengabarkan bahwa
Dilan telah mengetahui Agen CIA yang ternyata kakak Anhar dan Dilan bersama
teman-temannya telah bersiap untuk melancarkan aksi balas dendam. Milea yang
mendengar hal itu langsung pergi bersama Yugo dengan berpura-pura mengajaknya
jalan-jalan. Setelah berhasil bertemu Dilan, Milea menyuruh Dilan menggagalkan
rencananya namun Dilan hanya diam membeku seolah tak acuh sehingga Milea
mengancam Putus jika Dilan masih nekat.
Tiga hari setelah itu, milea
mendapat kabar jika Dilan ditahan saat melakukan penyerangan. Milea segera
menelfon Bunda, kata Bunda sebenarnya Dilan sudah bebas namun sang Ayah yaitu
Letnal Ical meminta Agar Dilan ditahan seminggu lagi sebagai hukuman agar tak
mengulanginya. Milea pun mengajak Bunda untuk menjenguk Dilan, saat bertemu
Dilan bertanya apakah mereka benar-benar putus? Milea pun menjawab tidak,
tetapi jika Dilan melakukannya lgi mereka akan benar-benar putus. Saat malam
Baru Milea merayakannya di rumah bersama Dilan dan teman-teman yang lain tak
ketinggalan Bunda pun berkata akan datang, Milea benar-benar senang namun
masaih ada kewkhawatiran akan kejadian kemarin akan terulang.
Suatu
hari Piyan datang ke kelas Milea dan mengabarkan jika Akew meninggal karena
diserang oleh beberapa orang tak dikenal, milea sangat cemas dengan Dilan
karena ia tahu jika Dilan pasti terlibat dalam hal ini. Tak lama, terdengar kabar Dilan
ditangkap Polisi karena melakukan penyerangan terhadap beberapa orang yang
diduga pelaku atas kematian Akew, ayah Dilan yang mengetahui hal ini mengusir
Dilan dari rumahnya sebagai hukuman atas tindakan yang menurutnya sudah
keterlaluan. Setelah itu Dilan memutuskan untuk tinggal di rumah Burhan yang
merupakan ketua geng motor yang menggantikan Dilan.
Milea datang kerumah Burhan untuk menemui
Dilan, disana ia menampar Dilan dan mengatakan putus kepada Dilan walaupun di
lubuk hatinya ia menolak. Milea telah lelah menghadapi Dilan yang tidak pernah
mau mendengarkannya untuk tidak ikut geng motor. Milea pergi tetapi Dilan
mengejar dan memohon untuk mengantarnya, milea pun mengiyakan. Disepanjang
jalan Milea dan Dilan saling diam sampai tiba dirumah, Milea hanya mengucapkan
terimakasih dan meninggalkan Dilan. Milea pun hidup tanpa Dilan, tak lama
setelah putus Piyan mengatakan jika Dilan telah memiliki pacar baru meski Milea
tidak langsung percaya
Setelah
lulus, Milea kuliah di Universitas Indonesia sedangkan Dilan kuliah di Bandung.
Milea bertemu dengan Mas Herdi, kakak kelas 2 tingkat diatasnya dan mereka terlibat
cinta. Beberapa waktu kemudian Ayah Dilan meninggal, Milea ikut melayat dan
mengantar jenazah ayah Dilan. Disana Milea melihat Dilan bersama perempuan yang
lebih muda 2 tahun darinya dan sepertinya adalah pacar baru Dilan, Milea
merasakan kecemburuan di hantinya namun ia sadar ia akan mulai membatasi diri
dari Dilan.
Milea
akhirnya memutuskan menikah dengan Mas Herdi dan memiliki buah hati bernama
Tino dan Abel ( Abel meninggal di usia 1 minggu). Milea senang memiliki mereka
dihidupnya sekarang, namun ia juga senang memiliki Dilan di masa lalunya. Dilan
telah meninggalkan sejarah yang sangat istimewa di hidupnya yang dikemas dengan
penuh rasa humor, bunga perhatian, ketangguhan dan penuh gairah remaja anak
SMA, bahkan rasanya hal itu terlalu bagus untuk menjadi sebuah kenyataan.
Meskipun tidak harus memiliki tetapi masih bisa saling mendukung.
“
Dilan, kalau dulu aku pernah berkata bahwa aku mencitai dirimu, maka kukira itu
adalah sebuah
pernyataan yang sudah cukup lengkap dan berlaku tidak hanya sampai di hari itu,
melainkan juga di hari ini dan untuk selama-lamanya. Karena, sekarang aku
mungkin bukan aku yang dulu, waktu membawa aku pergi, tetapi perasaan tetap
sama, bersifat menjalar, hingga ke depan!.” (Milea)
“aku
mencintaimu, biarlah, itu urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu
urusanmu.” (Milea)
“terimakasih
Dilan, kau pernah mau kepadaku. Dan kini, biarkan aku kalau ingin tahu
kabarmu.” (Milea)
“ Aku
rindu kamu! Itu, akan selalu.” (Milea)
Analisis Unsur Intinsik ` :
Novel Dilan ini memiliki
tema tentang percintaan, pada novel ini diceritakan kisah cinta anak SMA antara
Dilan dan Milea. Novel Dilan Berlatar
tempat sebagian besar di Bandung. Yaitu seputar sekolah, warung Bi Eem, rumah
Milea, rumah Dilan dan sejumlah jalan di Bandung. Itupun tidak digambarkan
dengan detail. selebihnya, ada bagian akhir cerita yang menyatakan berlatar
tempat di Jakarta.
“Rasanya,
jalan itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi milik Pemkot, bukan lagi milik Bapak
Ateng Wahyudi (Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku dan Dilan.
Sebagai keindahan yang nyata bahwa Dinas Bina Marga telah sengaja membuat jalan
itu memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan hari resmi kami mulai
berpacaran pada hari itu.” (28-29)
“Hari itu, aku janji menjemput Mas Herdi,
untuk pergi bersama-sama ke acara ulang tahun anaknya Pak Samsu, bosnya Mas
Herdi di daerah Jalan Bangau VI, Jakarta.” (35)
Latar waktu
novel ini pada awal cerita adalah tahun 1990 dengan disebutkan pada kalimat “Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990,
sekitar pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik motor menyusuri Jalan Buah
Batu untuk mengantar aku pulang.” (28)
namun selebihnya sudah menunjukan
bahwa waktunya tahun 1991 dan diperkuat dalam judul novel sendiri yaitu dia adalah Dilanku tahun 1991 dan dalam
kalimat “Itu
sudah Sabtu sore, tanggal 7 Juni 1991.” (325)
Di novel Dilan bagian kedua ini
suasananya lebih ke arah mengharukan. Banyak
sekali kejadian yang membuat pembaca banjir air mata dan puncak dari kisah Dilan dan Milea ialah berakhirnya
hubungan mereka. Sebelum berakhirnya hubungan mereka, ada sedikit masalah
mengenai Dilan melakukan balas dendam, persoalan Yugo terhadap Milea, sampai
rasa khawatir Milea yang berlebihan karena saat itu posisinya sudah sebagai
pacarnya Dilan, bukan teman.
Novel Dilan
bagian kedua ini semakin terasa hidup dengan berbagai tokoh dan maing-masing
karakter dan ceritanya.
Dilan. Karakter Dilan
di novel ini dibuat menjadi seseorang yang humoris, romantis, bandel, dan
pintar. Bila kalian membaca novel Dilan bagian pertama pasti mengerti mengapa
Dilan dikatakan humoris, namun di novel ini humorisnya Dilan sedikit berkurang.
Semua wanita yang membaca novel ini pasti bilang bahwa Dilan romantis, ia
berbeda mengungkapkan rasa sayangnya terhadap seorang wanita. Lalu, bandel
disini karena ia sering terlibat persetuan ketika sekolah mengalami ancaman
baku pukul dengan sekolah lain. Dilan pintar, posisinya selalu menjadi juara
kelas, atau setidaknya menjadi yang kedua di kelas.
“Malahan, kalau kamu ninggalin aku, aku
gak bisa apa-apa,” kata Dilan.
Aku diam.
“Bisaku cuma mencintaimu,” katanya
tersenyum. (237)
Milea. Milea di novel
ini memiliki karakter setia, khawatiran, dan emosian. Karakter setia milik
Milea ini sangat jelas ditonjolkan ketika hadirnya Yugo yang berusaha
mendekatinya, namun Milea tetap kepada Dilan. Lalu, Beni yang saat itu mampir
ke rumah Milea dan terlihat ingin kembali pada Milea, namun Milea tidak
menggubrisnya. Pak Dedi pun berusaha mendekati Milea tapi tidak digubris.
Khawatir dan emosinya terlihat ketika berusaha mencegah Dilan.
“Ikuti mauku!”
Dilan diam,
memandangku.
“Ikuti mauku, jangan nyerang! Atau,
kita putus!!!” kataku. (147)
Ibunya Milea. Memiliki karakter penuh kasih sayang. Terlihat pada saat
Dilan masuk penjara, ibunya Milea tetap menenangkan anaknya itu. Ayah Milea memiliki karakter baik dan peduli.
Bunda, ibunya
Dilan memiliki karakter hampir sama dengan ibu Milea. Bunda lebih memiliki
karakter penenang bagi Milea. Karakter bunda dan ayahnya Dilan sebenarnya sama
dengan Dilan, humoris. Ketika Milea berkunjung ke rumah Dilan, ayah Dilan yang
menurut perkiraan akan galak, namun ternyata humoris.
“Nanti, saya ajak ayahmu panco,” kata
ayahnya Dilan sambil ketawa. “Saya harus menang.”
“Kenapa?” kutanya
sambil senyum.
“Biar anaknya
boleh dinikahi anak saya.”
“Hahaha.” (219)
Anhar dengan
karaklter antagonisnya tidak peduli wanita dan hobi memukul. Kang Adi dengan
sifatnya yang selalu ingin dipuji dan melakukan sesuatu dengan memanfaatkan
seseorang. Piyan yang dikenal baik dan murah informasi terbaru serta pencerita
atau pendengar yang baik. Airin, adik
Milea, yang suka meledek. Si Bibi yang polos ketika diajak bercanda oleh Dilan.
Bang Fariz yang tetap menjaga rahasia Milea berpacaran dengan Dilan. Wati,
sahabat dekat Milea yang benar-benar pengertian akan semua kondisi Milea. Rani
pun sama dengan Wati. Ada Beni, karakter Beni di novel ini ikhlas, melepas
Milea yang sudah punya pacar. Yugo, yang ternyata bertingkah semaunya dan tidak
tahu diri. Merasa yakin bahwa Milea juga punya rasa yang sama.
Kemudian
alur pada novel Dilan bagian kedua ini ialah
maju mundur atau campuran. Karena pada pembukaan novel ini diceritakan Milea yang
berada di tahun 2015. Lalu, ia menceritakan kembali kejadian pada tahun 1991
untuk melanjutkan buku pertamanya.
“Malam ini, Minggu, tanggal 25
Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia bagian Barat dan sepi, aku sedang di
kamarku menikmati kopi susu, setelah tadi baru selesai shalat Isya, dan terus
makan rambutan yang kubeli sepulang dari mengantar suamiku ke stasiun kereta
api karena ada urusan pekerjaan di Cirebon. Sedangkan, anakku sudah tidur di
kamarnya dari sejak pukul sembilan tadi.” (13-14)
Sudut pandang yang digunakan ayah
Pidi Baiq dalam cerita ini adalah Milea pelaku utama (aku) atau tokoh utama. Dalam novel ini, Gaya bahasa
yang digunakan jelas seperti pada kesehariannya. Sehingga mudah dipahami untuk
sekali baca. Dan, kata-kata yang sulit untuk diartikan pun tidak ada. Disini
yang membuat pembaca menyukai karyanya, selain cerita yang dibawakan berkisah
percintaan pada masa tahun 1990-an, gaya bahasa yang digunakan pun ringan. Dan terakhir adalah amanat. Menurut saya, pesan yang ingin
disampaikan dari novel Dilan bagian kedua ini adalah kita harus berdamai dengan
kenyataan. Memang terkadang apa yang kita inginkan tak sejalan dengan takdir,
seperti cinta Dilan dan Milea. Kisah mereka amat menarik dengan sosok Dilan
yang memperlakukan Milea sangat spesial dengan caranya yang begitu mengenang
namun ketika takdir telah berkendak mereka tak bisa berbuat apa-apa selain
merelakan dan mengambil hikmah setiap peristiwa.
Kelebihan dan Kekurangan
Pada novel ini, Pidi Baiq tetap mempertahankan kesan sederhana
pada bagian sampul yang hanya berisi gambar ilustrasi Milea dengan warna sampul
coklat dan dilengkapi dengan kata-kata sang penulis sehingga jika dilihat dari
segi Sampul terkesan kurang menarik. Namun jika dilihat dari segi bahasa, Pidi
Baiq berhasil membuat gaya bahasa yang santai, mudah dipahami, dan sesuai
dengan remaja sehingga tidak bosan dalam membacanya, obrolan-obrolan tokoh di
dalamnya seakan hidup karena menggunakan kalimat langsung tanpa embel-embel
“kataku” dan sebagainya. Karakter Dilan yang dihadirkan dalam novel ini sangatlah
unik dan menarik dengan ciri khas kata-katanya yang tidak biasa dan lucu
menambah daya tarik bagi para pembaca. Namun, terkadang terdapat humor yang
seakan dipaksakan sehingga mengurangi kesan lucunya. Alur pada cerita ini pun
susah ditebak sehingga pembaca dibuat penasaran pada setiap peristiwa yang
dihadirkan. Buku ini juga disertai dengan gambar ilustrasi tokoh atau keadaan
isi cerita.
Penutup
Novel Dilan bagian kedua ini sangat
disarankan untuk kalian para remaja pecinta novel bertema percintaan remaja. Terlebih dengan gaya bahasa yang sangat
mudah dipahami dan obrolan-obrolan yang sangat menarik dan tak biasa dari tokoh
Dilan. Novel ini
bisa menjadi refreshing saat kita lelah berkutat dengan tugas sekolah, skripsi
ataupun pekerjaan. Buat yang ingin nostalgia dengan Bandung era 1991 juga bisa
lewat novel ini. Jika kalian belum membaca novel Dilan yang pertama,
kalian tetap bisa mengikuti ceritanya karena di novel ini kadang di selipkan
keterangan yang ada pada novel yang pertama dan buat kalian yang udah baca,
kalian harus deh baca yang kedua, karena bisa mengobati rindu kalian dengan
sang panglima tempur dan kalian akan tahu bagaimana lika-liku kisah cinta
mereka walaupun endingnya nyesek dan bikin nangis.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus